Pemerintah mendesak percepatan pembangunan ruas pipa transmisi gas Kalimantan-Jawa (Kalija), setelah PT PLN (Persero) mengeluhkan lambatnya pembangunan pipa tersebut.
Pembangunan ruas pipa transmisi gas Kalija yang menghubungkan Bontang (Kalimantan Timur)-Semarang (Jawa Tengah) tersebut dikerjakan PT Bakrie and Brothers Tbk, setelah perusahaan itu berhasil memenangi lelang hak khusus pembangunan dengan mengalahkan PT Perusahaan Gas Negara (PGN) Tbk dan PT Barata Indonesia.
Kardaya Warnika, staf ahli menteri ESDM bidang komunikasi dan informasi, mengatakan, pemerintah memutuskan target penyelesaian ruas pipa Kalija tahap I atau pipa Lapangan Kepondang-Tambaklorok mesti tuntas pada 2013, dari sebelumnya kuartal-IV 2014.
"Kesepakatan itu dibuat setelah Kementerian ESDM menggelar rapat dengan PLN, Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas (BPH Migas), Petronas Carigali Muriah Ltd, Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas (BP Migas), dan Bakrie and Brothers," kata Kardaya.
Kepala BPH Migas Tubagus Haryono menambahkan, percepatan penyelesaian ruas pipa itu karena ada desakan dari Menteri ESDM Darwin Zahedy Saleh. "Ada ketegasan dari menteri bahwa pembangunan infrastruktur harus dipercepat," ujar dia.
Tubagus menjelaskan, dalam rapat tersebut, pihak PLN, Bakrie serta Petronas diminta untuk segera menyelesaikan rencana pengembangan lapangan (plan of development/POD), perjanjian jual beli gas (PJBG), dan perjanjian pengangkutan gas (gas transportation agreement/GTA) selambat-lambatnya pertengahan April nanti.
"Pipa baru bisa dibangun setelah GTA diteken. Kemudian, 22 bulan setelah mulai dibangun, pipa harus bisa mengalirkan gas," jelas dia.
Namun, target baru pemerintah tersebut ternyata tetap lebih lambat dari target yang ditetapkan PLN dan Petronas. Sebelumnya, ruas pipa itu ditargetkan bisa mulai digunakan pada kuartal IV 2011.
Sementara itu, menurut Tubagus, pemerintah yang mengusulkan agar pipa Lapangan Kepondang-Tambaklorok disatukan dengan pipa Kalija.
Perubahan tersebut membuat pemerintah bisa berhemat, karena bisa menekan biaya cost recovery. "Pipa Kalija akhirnya diputuskan menjadi skema hilir dengan titik serah di pintu milik PLN dan tarif pengangkutan ditentukan BPH Migas," kata Tubagus.
Pembangunan ruas pipa transmisi gas Kalija yang menghubungkan Bontang (Kalimantan Timur)-Semarang (Jawa Tengah) tersebut dikerjakan PT Bakrie and Brothers Tbk, setelah perusahaan itu berhasil memenangi lelang hak khusus pembangunan dengan mengalahkan PT Perusahaan Gas Negara (PGN) Tbk dan PT Barata Indonesia.
Kardaya Warnika, staf ahli menteri ESDM bidang komunikasi dan informasi, mengatakan, pemerintah memutuskan target penyelesaian ruas pipa Kalija tahap I atau pipa Lapangan Kepondang-Tambaklorok mesti tuntas pada 2013, dari sebelumnya kuartal-IV 2014.
"Kesepakatan itu dibuat setelah Kementerian ESDM menggelar rapat dengan PLN, Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas (BPH Migas), Petronas Carigali Muriah Ltd, Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas (BP Migas), dan Bakrie and Brothers," kata Kardaya.
Kepala BPH Migas Tubagus Haryono menambahkan, percepatan penyelesaian ruas pipa itu karena ada desakan dari Menteri ESDM Darwin Zahedy Saleh. "Ada ketegasan dari menteri bahwa pembangunan infrastruktur harus dipercepat," ujar dia.
Tubagus menjelaskan, dalam rapat tersebut, pihak PLN, Bakrie serta Petronas diminta untuk segera menyelesaikan rencana pengembangan lapangan (plan of development/POD), perjanjian jual beli gas (PJBG), dan perjanjian pengangkutan gas (gas transportation agreement/GTA) selambat-lambatnya pertengahan April nanti.
"Pipa baru bisa dibangun setelah GTA diteken. Kemudian, 22 bulan setelah mulai dibangun, pipa harus bisa mengalirkan gas," jelas dia.
Namun, target baru pemerintah tersebut ternyata tetap lebih lambat dari target yang ditetapkan PLN dan Petronas. Sebelumnya, ruas pipa itu ditargetkan bisa mulai digunakan pada kuartal IV 2011.
Sementara itu, menurut Tubagus, pemerintah yang mengusulkan agar pipa Lapangan Kepondang-Tambaklorok disatukan dengan pipa Kalija.
Perubahan tersebut membuat pemerintah bisa berhemat, karena bisa menekan biaya cost recovery. "Pipa Kalija akhirnya diputuskan menjadi skema hilir dengan titik serah di pintu milik PLN dan tarif pengangkutan ditentukan BPH Migas," kata Tubagus.