Saturday, March 26, 2011

Pertamina EP Region Jawa tingkatkan produksi migas dari pemboran 4 sumur eksploitasi


Pertamina EP Region Jawa berhasil melakukan kegiatan pemboran 4 sumur eksploitasi di lapangan eksisting.   Pemboran yang selesai dilaksanakan pada Triwulan-I 2011 tersebut memberikan kontribusi peningkatan produksi yang sangat signifikan.   Hasil uji produksi keempat sumur tersebut mencapai 2.686 barel per hari atau 313 persen daripada target yang ditetapkan BPMIGAS.    
 
PJ Direktur Operasi PT Pertamina EP Tony Harisman memaparkan bahwa target keseluruhan yang ditetapkan BPMIGAS untuk keempat sumur tersebut sebesar 650 barel per hari.   Namun hasil pengujian pada keempat sumur tersebut menunjukkan produksi minyak sebesar 2.686 barel per hari atau 2.036 barel lebih tinggi daripada target yang ditetapkan.      

Keempat sumur tersebut terdiri yaitu SMG P11 di Semanggi,  Jawa Tengah,  sumur CLU 09 Cilamaya Utara,  Karawang Jawa Barat,  RDG 50 di Majalengka Jawa Barat,  dan CMB 22 Cemara Barat di Indramayu Jawa Barat.   Selain keempat sumur tersebut,  Pertamina EP Region Jawa juga masih melaksanakan proses penyelesaian pemboran eksploitasi pada sumur SMG P9 dan P10 di Jawa Tengah dan sumur AJW-P02 di Arjawinangun Cirebon Jawa Barat.       

"Kami berharap sumur-sumur eksploitasi ini dapat memberikan kontribusi terhadap peningkatan produksi migas sebagaimana hasil yang dicapai pada empat sumur terdahulu.   Dan hal ini akan menjadi bukti konkrit PERTAMINA EP mewujudkan upaya-upaya berkelanjutan untuk meningkatkan produksi.   Hingga bulan Maret 2011 ini,  pencapaian produksi PERTAMINA EP (YTD – Year To Date) adalah 99,5 % dari sasaran yang telah ditetapkan BPMIGAS"  tegas Tony.       

Lebih lanjut Tony menjelaskan bahwa Pertamina EP bertanggungjawab untuk mengelola lapangan yang sekitar 80 persen sudah tergolong tua dengan angka penurunan produksi alamiah rata-rata 18 persen.   Artinya,  untuk menjaga produksi yang stabil,  Pertamina EP harus melakukan upaya peningkatan produksi sekitar 30 persen.   Sehingga 18 persen produksi dapat menutup angka penurunan yang terjadi secara alamiah.   Sedangkan sisanya adalah untuk mewujudkan pertumbuhan produksi berkelanjutan.  "Kami telah membuktikannya dengan pertumbuhan angka produksi selama lima tahun terakhir," ujar Tony.